Thursday, July 12, 2018

7 Bahaya Membentak Anak


Pembahasan kali ini tentang masalah pendidikan anak, yang lebih tepatnya tentang bahaya orang tua (atau siapa saja) dalam membentak anak, karena hal ini dapat berakibat fatal.

Berdasarkan penelitian bahwa pada setiap kepala seorang anak, maka akan terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang sudah siap tumbuh (banyak sekali).

Akan tetapi satu bentakan, perkataan kasar, makian atau yang semacamnya kepada anak yang masih dalam masa pertumbuhan akan berakibat sangat fatal, dan hal ini merupakan bukan sebuah perkara yang kecil atau enteng.


7 Bahaya Membentak Anak:




1. Bahaya membentak anak karena memusnahkan sel otak anak
Karena bentakan atau perkataan yang kasar dapat membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga.

Dan bahkan sebuah pukulan atau cubitan yang disertai dengan bentakan maka akan membunuh lebih dari bermilyar-milyar sel otak saat itu juga.

Akan tetapi sebaliknya, dengan 1 pujian, kehangatan pelukan dan kasih sayang maka akan membangun dengan sangat baik bibit kecerdasan seorang anak... yang membuat perkembangan otak anak yang sangat cepat.

Hasil penelitian tersebut dari seorang yang bernama Lise Gliot, dia berkesimpulan seperti itu, pada anak yang masih dalam pertumbuhan, terutama pada masa “golden age” yaitu pada umur 2-3 tahun.



Lise Gliot menjelaskan bahwa suara yang keras dan bentakan yang keluar dari orang tua dapat merusak atau menggugurkan sel otak anak yang sedang tumbuh. 

Sedangkan ketika sang ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui anaknya, maka rangkaian otak terbentuk indah.

Penelitian Lise Gliotini ini, dengan melakukan penelitian pada objeknya yaitu anaknya sendiri.

Dia berinisiatif memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer, dengan begitu akan terlihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya.

Dan dia menyatakan bahwa hasilnya sangat luar biasa, saat sang anak menyusui sang anak maka akan terbentuk rangkaian indah pada sel otak anak.

Namun ketika dia terkejut ketika ada suara yang sedikit keras, maka rangkaian indah sel otak yang menggelembung seperti balon tersebut pecah berantakan, dan kemudian juga terjadi perubahan warna. 

Dari penelitian yang dilakukan Lise Gilot ini menjelaskan bahwa pengaruh marah dan bentakan pada anak akan sangat mempengaruhi perkembangan sel otak anak.

Bahaya, apabila hal tersebut dilakukan secara sering bahkan tidak terkendali, maka dapat berpotensi besar untuk mengganggu struktur otak anak itu sendiri.

Hati-hati ketika ingin memarahi anak.

Sang peneliti Lise Gilot memberikan nasihat bahwa kita harus berhati-hati dalam memarahi sang anak.

Dan tidak hanya itu saja, hal itu juga akan mengganggu fungsi organ-organ penting di dalam tubuh seperti hati, jantung dan yang lainnya.

Efek dari kerusakan pada sel-sel otak karena bentakan lebih besar pengaruhnya pada anak-anak. Adapun pada remaja dan orang dewasa juga berpotensi mengalami kerusakan, tetapi tidak sebesar dengan yang disertai oleh anak-anak.

Bentakan kepada sang anak akan mengakibatkan hal yang fatal, efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya (masa kecilnya) orang-orang tersebut akan lebih banyak melamun, dan juga lambat dalam memahami sesuatu

Kemudian juga biasanya akan mudah untuk meluapkan rasa marah, panik dan sedih. Mereka biasanya akan seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup.

Hal ini karena kesulitan dalam memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Dan itu semua adalah akibat dari sedikitnya sel-sel otak yang aktif dari yang seharusnya.

2. Karena dibentak, jantung anak bisa kelelahan
Menurut penjelasan dr Godeliva Maria Silvia Merry, M.Si, dokter yang juga pengajar di UKDW, Yogyakarta, dia menjelaskan bahwa denyut nadi seseorang dapat berubah-ubah yang tergantung dari suara yang didengar.

Sehingga, apabila orang tua “hobi” membentak anak dengan nada tinggi, maka dr Silvia menjelaskan bahwa anak jika terus-terusan terpapar dengan suara bernada kasar dan tinggi mengakibatkan organ jantung sang anak akan sering berdetak dengan sangat cepat (abnormal), yang menyebabkan jantung menjadi mudah kelelahan.

Bahaya yang sama juga bisa terjadi pada orang yang sering mendengarkan musik berirama cepat.



3. Anak akan tumbul menjadi pribadi yang emosional
Ketika sering dibentak, anak akan meniru hal yang “diterimanya” itu dalam kehidupan sehari-harinya. 

Dimana Anak akan tumbuh menjadi sosok yang mudah marah, sulit mengendalikan diri, emosional, dan suka teriak-teriak. 

Karena tindak kekerasan baik itu verbal maupun non verbal berdampak buruk pada psikologi sang anak.

4. Tingkat kepercayaan anak kepada orang tua menurun
Dimana orang tua kerap dijadikan panutan bagi sang anak pada umumnya, sehingga kebiasaan orang tua akan ditiru sangat anak, termasuk kebiasaan berbicara dengan nada yang kasar dan tinggi.

Memarahi anak di depan teman-temannya, hal ini tentu bisa mempertaruhkan harga diri sang anak ketika berada di tengah lingkungan pertemanan atau lingkungan bermainnya.

Sehingga hal ini dapat mengakibatkan tingkat kepercayaan anak kepada orang tuanya menjadi turun. Alhasil segala petuah / nasehat dari orang tua nantinya hanya dianggap sebelah mata oleh sang anak.

5. Anak menjadi depresi
Membentak anak yang beranjak remaja juga merupakan hal yang tidak baik.

Remaja berusia 13 tahun yang sering dibentak oleh orang tuanya memperlihatkan lebih banyak gejala depresi dibandingkan dengan teman seumurannya yang tidak mendapatkan hal kurang baik itu.

Permasalahan seperti ini dikemukakan sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Child Development.

Salah satu poin disebutkan, yaitu alih-alih orang tua “berniat baik” untuk memperbaiki perilaku sang remaja, tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh si orang tua, maka hal ini justru membuat perilaku sang remaja masalah tambah buruk.



6. Kesulitan menjadi pendengar yang baik
Supaya anak nantinya tumbuh menjadi pribadi sebagai pendengar yang baik, maka sang anak perlu tumbuh di lingkungan yang membuatnya dapat berpikir positif.

Ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi alias membentak, justru dapat mengakibatkan anak terganggu perkembangannya dan mengalami pada gangguan pendengaran.

Selain masalah pendengaran, juga masalah hati yang "terluka" karena sang anak menerima perlakuan buruk, alhasil anak akan kesulitan untuk tumbuh menjadi pendengat yang baik.

7. Anak kehilangan inisiatif karena takut salah
Anak yang sering dibentak dan dimarahi, apalagi dimarahi secara membabi buta, maka bisa beresiko menjadi diri anak kesulitan dalam melakukan suatu inisiatif.




Hal itu karena di dalam jiwa sang anak tertanam perasaan takut salah karena sering dibentak. Sehingga anak akan minim sekali dan kesulitan untuk bisa melakukan inisiatif.

Wednesday, July 11, 2018

Kapan Waktu Tepat Memperkenalkan Gadget Pada Anak?


Gadget, mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan anak-anak zaman sekarang. Bagi anda yang menerapkan aturan bijak pada anak dapat berpengaruh positif sebagai media pembelajaran yang menyenangkan sedangkan di lain sisi penggunaan yang terlalu sering dan membuat anak anda ketergantungan sehingga hanya menginginkan bermain dengan gadget saja akan membuatnya menjadi anak yang anti sosial, cenderung tertutup dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam menyikapi perkembangan teknologi saat ini termasuk gadget ada baiknya anda mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian gadget pada anak anda. Dalam pemberian gadget dapat disesuaikan dengan perkembangan usia anak anda, pada usia 5 tahun anda dapat memperkenalkan warna, bentuk dan juga suara.Tentu saja pada usia ini juga anda harus mampu membatasinya pemakaian gadget sehingga fungsinya tetap dapat membantu anda untuk mengedukasi anak anda.

Selain itu pertimbangan selanjutnya pada usia 5 tahun perkembangan otak anak sudah optimal apabila diberikan rangsangan sensorik secara langsung berbeda dengan anak di bawah usia 5 tahun yang diberi gadget akan berdampak berkelanjutan apalagi bila tidak didampingi oleh orang tua sehingga akan berdampak pada kurangnya interaksi dengan lingkungannya. Pada otak bagian depan memiliki fungsi untuk memberikan perintah untuk menggerakkan anggota tubuh sedangkan pada bagian belakang terdapat penggerak sehingga apabila dapat merangsang hormon endorfin yaitu pusat kesenangan dan kenyamanan maka akan membuat anak anda kecanduan bermain dengan gadget yang terpola sejak awal perkembangan anak anda.
Begitu pula bagi anda yang yang mempunyai anak berusia kurang dari 2 tahun disarankan tidak mengenalkan terlebih dahulu permainan dari jenis layar monitor seperti laptop, komputer tablet atau PC. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh The American Acedemy of Pediatrics yang dapat dijadikan acuan  bahwa idealnya anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya terbebas dengan permainan yang melibatkan layar monitor. Dikarenakan dampak yang negatif dari pemberian gadget adalah kondisi kesehatan mata selain itu  radiasi dari beberapa ponsel atau tablet PC akan mengganggu perkembangan otak anak anda.
Selain memperkenalkan gadget, terkadang anda juga bertanya tanya waktu yang tepat untuk memberikan kepemilikan gadget pada anak anda. Pemberian hak untuk memiliki gadget pribadi pada anak harus anda pertimbangkan usia anak anda. Hasil penelitian yang dilansir dalam situs Cashinyourgadgets.co.uk menemukan 13% orang tua memberikan gadget pada anak berusia 10 tahun sedangkan persentase terbanyak yaitu pada usia 13 tahun ke atas sekitar 45%. Hal ini dapat menjadi acuan pada orang tua bahwa pemberian kepemilikan gadget sebaiknya tidak terburu-buru akan tetapi pertimbangkan kesiapan anak anda untuk mengikuti aturan main dalam penggunaan gadget tersebut.
Pada anak yang telah diperkenalkan dan memiliki gadget sebaiknya memiliki batasan waktu dalam menggunakan gadget. Buatlah aturan hanya menggunakan gadget tidak lebih dari dua jam dalam satu hari pada anak usia 5 tahun. Berikan pengertian dan juga pengawasan dalam penggunaan gadget apalagi pada usia anak anda 5 tahun. Setelah usia anak anda pra remaja anda dapat memberikan pengawasan seminggu sekali dan memberikan pengertian bahaya dari penggunaan gadget yang berlebihan yang mengakibatkannya terasing dengan lingkungan sosialnya.

Persyaratan Pengusulan Kenaikan Pangkat PNS 2018

Syarat Pengusulan Kenaikan Pangkat Guru PNS Terbaru 2018 - Prasyarat Pengusulan Kenaikan Pangkat Guru PNS Paling baru- peluang guru PNS yang barusan diangkat belum juga sangat terang dengan prasyarat apa sajakah yang diperlukan untuk naik pangkat dari kelompok III/A ke III/B. Kenaikan pangkat ini adalah satu penghargaan yang didapatkan atas prestasi besar yang didapatkan pemerintah pada pegawai negeri sipil untuk tingkatkan kemampuan serta prestasinya. Serta biasanya memanglah untuk naik pangkat mesti diperlukan sebagian berkas yang mendukung sesuai sama kriteria yang berlaku. Pengusulan pangkat untuk Pegawai Negesi Sipil sebaiknya di dukung dengan prasyarat sah yang sesuai sama undang-undangnya.

Pegawai Aparatur Sipil Negara di semua Indonesia dari sabang hingga merauke memerlukan info kriteria mengenai saran kenaikan pangkat yang bisa menambah upah hingga bila pangkat naik automatis gajipun juga turut naik. Nah, bingkaiberita. com juga akan memberi iformasi pada anda berkaitan dengan kriteria kenaikan pangkat serta yang lain jadi di bawah ini :


Persyaratan Pengusulan Kenaikan Pangkat PNS 

1. Pengusulan kenaikan pangkat PNS ini digolongkan sesuai sama jabatan fungsional umum (Staf) serta untuk jabatan fungsional serta Struktural yang mempunyai surat pengantar kalau ia sudah menempati jabatan itu.
2. Untuk Forasi Jabtan perananoal yang sudah diangkat jadi PNS sepanjang kurun saat 4 th. atau lebih jadi cuma di beri kenaikan pangkat selam sekali.
3. Untuk Jabatan Fungsional Guru ini diharuskan menyertakan PAK minimum 3 yang sudah sesuai sama Inpassing PAK
4. Untuk PNS yang dijatuhi hukuman disiplin baik dalam tingkatan tengah atau berat, cuti di luar tanggungan negara, menajalankan pekerjaan belajar jadi mahasiswa belajar lebih dari 6 bln. dan jabatan fungsional yang mengabdikan diri pada pemerintah lebih dari 5 th. dari jabatan hingga belum juga dapat menyatukan angka kredi untuk pengusulan kenaikan pangkat jadi mereka mesti dibebaskan sesaat.
5. Untuk yang barusan dibebaskan sesaat dari pekerjaan belajar maupun yang lain mereka mesti diangkat kembali sistem kenaikan pangkat sesuai sama Ijazah yang didapat dari nilai creditnya untuk yang pekerjaan belajar. Serta untuk yang sudah melakukan pekerjaan sepanjang lebih th. jadi juga akan diperhitungkan pengusulan kenaikan pangkatnya
6. Nah tertanggal 16 Mei 201 untuk kriteria kenaikan angkat mesti lengkapi admnistrasinya serta menyertakan penilaian prestasi kerja PNS yang terbagi dalam :
a. Tujuan Kerja Pegawai jadi rencan kerja dimuka th..
b. Capaian SKP pada akhir tahun
c. Prestasi PNS diliat dari Penilain Perilaku kerja
d. PNS yang memperoleh nilai pekerjaan tambahan

7. Tertanggal 1 April 2016 semuanya berkas yang dilampirkan yaitu Foto copy yang sudah dilegalisir oleh petinggi berwenang sesuai sama daftar saran kenaikan pangkat seusuai dengan contoh formatnya serta type kepangkatannya.
8. Nah, berkas lampiran fotokopian ini untuk kelompok III/d kebawah mesti di buat dalam rangkap dua sedang untuk kelompok IV/A keatas mesti menyertakan fotokopian rangkap 3, untuk yang telah kelompok IV/c jadi mereka diharuskan untuk memfotokopi berkasnya sejumlah lima rangkap.

9. Batas saat pengusulan kenaikan pangkat ini begitu terbatas hingga diharap anda secepat-cepatnya isi format kelengkapan serta kirim berkas dengan selekasnya, hal semacam ini diinginkan supaya saran anda tidak dikembalikan karna kurang komplit maupun kurang penuhi prasyarat.

Untuk Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Struktural sebagai berikut :


  • Sudah 4 tahun dalam pangkat terakhir
  • Foto Copy SK terakhir dilegalisir
  • Foto Copy SK jabatan dilegalisir
  • Foto Copy SK pelantikan dilegalisir
  • SPMT (Surat perintah melaksanakan tugas)
  • SKP, Capaian SKP (Penilaian Prestasi Kerja 2 tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik.

Tips Memotivasi Anak Menjadi Cerdas


MEMOTIVASI ANAK MENJADI CERDAS BISA DILAKUKAN DENGAN BERBAGAI RAGAM CARA


Anak yang mendapatkan predikat sebagai anak cerdas biasanya dapat diukur dari kemampuannya merespon sesuatu, berkata-kata, sampai bagaimana dia berkreasi dengan berbagai permainannya. Akan tetapi umumnya para orang tua tidak merasa puas dengan hanya sekedar deskripsi dan akan lebih yakin jika diformulasikan dalam skema skor kecerdasan.

Sejak 1 abad lalu, para pakar telah mengembangkan suatu formula standar pengujian untuk menilai kecerdasan seorang anak yang dinilai dalam skor IQ (Intelligent Quotient), dari mulai yang disebut genius dengan skor di atas 140, kategori sangat cerdas, cerdas, di atas rata-rata, rata-rata, di bawah rata-rata, bodoh, lemah pikir, hingga idiot dengan skor di bawah 45.

Tes yang umum diterapkan untuk mengukur kecerdasan dalam psikologi antara lain Weschler Intelligence Scale, Progressive Matrices dan Intelligence Structure Scale yang mencakup kemampuan menalar, memahami gagasan, merencanakan, memecahkan masalah, serta berpikir abstrak. Pola pertanyaan yang lebih berupa logika visual maupun verbal tersebut membuat seseorang yang telah menjadi lebih terdidik di kemudian hari tetap mendapat skor yang relatif konstan ketika mengulangi tes, dan membuat tes kecerdasan semacam ini dapat diandalkan (reliable).

Namun tes IQ yang telah menjadi standar umum penilaian kecerdasan secara internasional ini, menurut psikolog ternama dari Universitas Stanford Amerika Serikat, Carol Dweck, telah disalahartikan. Orang tua menganggap kecerdasan seorang anak merupakan bawaan dari lahir dan tetap seperti itu sepanjang hidupnya sehingga terjebak pada konsep yang disebutnya fixed mindset atau pola pikir tetap. Padahal, menurut pakar yang telah meneliti pola pikir manusia selama lebih dari tiga dekade ini, kecerdasan seseorang bisa terus berkembang (growth mindset) dan berpengaruh pada kemajuan yang diraih.

Riset Profesor Dweck tentang pola pikir yang berkembang ini antara lain membagi dua para siswa di suatu sekolah menengah pertama di New York menjadi dua kelompok yang sedang belajar matematika. Yang satu menggunakan konsep fixed mindset di mana mereka menganggap kecerdasan merupakan bawaan dan kelompok lainnya menggunakan growth mindset yang berfokus pada usaha keras untuk meraih nilai yang lebih baik.

Dua tahun kemudian, kelompok yang terlalu percaya pada kecerdasan bawaan menunjukkan kecenderungan penurunan nilai akademik, sementara kelompok yang lainnya memperlihatkan kemajuan signifikan. Sejumlah psikolog lain kemudian juga membuat program intervensi selama delapan pekan kepada para siswa suatu sekolah di Amerika Serikat dengan meyakinkan mereka bahwa otak seperti otot yang bisa dibentuk menjadi kuat jika semakin digunakan.

Sementara kelompok kontrol tidak diajarkan dengan konsep pertumbuhan pola pikir dari teori yang dikembangkan oleh Dweck, penulis sejumlah buku psikologi itu. Hasilnya, dalam dua bulan, kelompok yang diberi intervensi mengalami banyak perbaikan dalam nilai-nilai pelajarannya dibanding dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, hal utama dari kemajuan siswa dalam pelajaran adalah motivasi, semangat menerima tantangan, siap menghadapi soal-soal sulit dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik, kata Dweck yang pada akhir 2017 mendapatkan penghargaan dari Yidan Prize.

Sebaliknya, siswa yang selalu diyakinkan orang tuanya bahwa mereka cerdas justru lebih fokus pada bagaimana tetap terlihat cerdas, menjadi khawatir menerima tantangan, dan lebih senang berada di zona nyaman. Itulah mengapa Dweck tidak peduli pada skor hasil tes IQ, karena menurut dia, otak sangat lentur dan bisa semakin hebat jika semakin digunakan untuk memecahkan masalah.

Siswa seharusnya memang lebih fokus pada belajar dan tidak takut tampak bodoh dalam bertanya, takut salah menjawab soal, dan tidak malu atas kegagalan, serta yakin bahwa dengan berusaha keras dan membiasakan berlatih, maka potensinya akan terbangun. Konsep growth mindset ini, menurut dia, penting dikembangkan menjadi budaya pengajaran di kelas, karena budaya masyarakat yang ditransfer dari orang tua ke anak cukup beragam dan berpengaruh kuat pada kemajuan atau kemunduran anak.

Orang tua harus juga terlibat bersama guru dan sistem sekolah mengubah pola pikir tradisional dan mendukung konsep perkembangan pola pikir untuk memberi lingkungan kondusif bagi anak untuk maju. Alfred Binet, psikolog yang pertama kali memperkenalkan tes IQ lebih dari seabad lalu, juga mengakui bahwa kecerdasan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak bisa diperbandingkan di antara kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang.

Ia bahkan khawatir pengukurannya ini akan digunakan untuk menyingkirkan seorang anak yang mendapat skor rendah sehingga justru berpengaruh pada kehidupan dia selanjutnya. Tes IQ yang awalnya ia rancang untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus, belakangan memang justru menjadi acuan yang berlaku global untuk merepresentasikan kecerdasan seseorang.

Faktanya, hasil tes IQ seringkali memang berdampak pada psikologis anak dengan skor rendah, yang dengan segera menjadi rendah diri atau berdampak pada terjadinya pengucilan anak di lingkungan sepermainannya. Kondisi ini kemudian membuat banyak psikolog tidak menganjurkan menjadikan tes IQ sebagai acuan dalam sistem sekolah atau sistem penyaringan lainnya. Apalagi banyak hasil riset yang menyimpulkan hasil skor tes IQ tidak selalu memberi hasil yang terstandar.

Suatu penelitian membuktikan bahwa tes IQ dapat bervariasi 15 poin dari satu tes ke tes lain, penelitian lainnya yang menguji IQ sejumlah siswa dari alat uji yang sama menghasilkan skor IQ berkisar antara 63 sampai 117 untuk orang yang sama. Sementara itu, penerapan konsep growth mindset Carol Dweck pada siswa-siswa di sekolah konservasi Indian AS yang terbelakang, hanya dalam beberapa periode mampu mengubah mereka menjadi yang terbaik dalam nilai ujian di distriknya.

Proses perkembangan kecerdasan seorang anak terbukti juga bervariasi dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain, tergantung dari latar belakang, budaya, dan bagaimana cara orang tua dan lingkungannya mempengaruhinya. Patricia Greenfield, pakar lainnya dari Universitas California, Amerika Serikat menambahkan, anak-anak yang mempunyai kebiasaan menonton televisi dan video mencetak skor kecerdasan dari aspek visual yang lebih tinggi. Sedangkan mereka yang datang dari budaya mengonsumsi media yang lebih menekankan verbal akan lebih unggul skornya dalam aspek kebahasaan.

Stephen Ceci, psikolog dari Universitas Cornell, AS juga menekankan, perubahan skor IQ dapat terjadi ketika umur seorang anak bertambah, misalnya skor yang meningkat 10 poin setelah dites kembali beberapa tahun kemudian. Menurut dia, sekolah dapat berperan memengaruhi perubahan skor IQ ini, karena pelajaran-pelajaran di sekolah membuat siswa mampu membuat kategorisasi dan memetakan sejumlah hal. Kemampuan yang dikembangkan ini bisa menjadi komponen yang membuat skor IQ anak bertambah.

Konsep pola pikir yang berkembang ini tentu saja sangat patut dicoba dan diterapkan di sekolah-sekolah pedesaan, sekolah di kawasan perbatasan, atau di wilayah kepulauan, sekaligus untuk menghapus citra bahwa sekolah terpencil hanya menghasilkan anak-anak yang kurang cerdas dengan nilai hasil ujian yang rendah. Semangat guru mengajar, dukungan sistem kurikulum sekolah serta peran serta orang tua dan lingkungan bisa dikerahkan untuk memotivasi anak menjadi yakin akan kemampuannya berkembang menjadi anak yang cerdas di tengah keterbatasan fasilitas di kawasan tertinggal.

7 Bahaya Membentak Anak

Pembahasan kali ini tentang masalah pendidikan anak, yang lebih tepatnya tentang bahaya orang tua (atau siapa saja) dalam membentak ana...